Tanggung Jawab "Pekerja" Menurut Islam
Pekerja atau pegawai termasuk salah satu daripada perhiasan-perhiasan yang menghiasi indahnya dunia. Maksudnya, pegawai menjadi bagian penting tegaknya suatu masyarakat dan Negara. Tanpa pegawai urusan-urusan kemasyarakatan, bangsa dan Negara tidak akan berjalan, akan mandeg bahkan berantakan. Seorang ahli hikmah mengatakan, "Dunia ini ibarat taman yang indah yang dihiasi dengan lima perkara: Ilmu para ulama, keadilan para pemimpin, ibadah para hamba, amanat para pengusaha dan kejujuran para pekerja.
Syarat-Syarat Pekerja Menurut Al-Qu'ran
1. Kuat dan terpercaya, sebagaimana firman Allah swt.
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah (suatu lebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (Al-Qashash [28]:26-27)
Syarat-Syarat Pekerja Menurut Al-Qu'ran
1. Kuat dan terpercaya, sebagaimana firman Allah swt.
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah (suatu lebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (Al-Qashash [28]:26-27)
Dari ayat diatas kita melihat dua hal penting. Pertama, bahwa ada perjanjian kerja antara Musa sebagai pekerja dan Nabi Syu'aib sebagai majikan/pemilik perusahaan. Perjanjian itu harus seimbang, sama-sama menguntungkan dan menyenangkan, tidakberat sebelah. Allah berfirman, "Dia (Musa) berkata: Ïtulah (perjanjian) antara aku dan kamu. mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan". (al-Qashash [28]:28).
Kedua bahwa persyaratan seorang pekerja adalah Al-Qowiyyul Amin", yakni kuat fisiknya, tenaganya, pikirannya, semangatnya, kemauannya dan kreatifitasnya. Adalah integritas pribadi yang menuntut adanya sifat amanah sehingga tidakmerasa bahwa apa yang ada dalam genggamannya merupakan milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat, yang harus dipelihara dan bila diminta kembali, maka harus dengan suka rela mengembalikannya.
Sifat amanah, kepercayaan, lurus dan setia mutlak harus dimiliki oleh siapapun termasuk para pekerja. Dalam Al-Qurán dan Hadist Nabi saw amanah ini diterangkan sangat erat hubungannya dengan keimanan seseorang. Seperti firman Allah swt, "Dan orang-orang yang memelihara amanahnya". (QS. Al-Mukminun[21]:8). Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan seseorang tanpa ia mempunyai sifat amanah dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menepati janji". )HR. Ahmad). Dan salah satu daritanda-tanda kemunafikan adalah ketiadaan amanah, sebagaimana sabda Nabi saw, "Tanda-tanda munafik itu ada tiga, apabila ia berkata suka dusta, apabila berjanji suka mungkir, dan bila dipercaya suka khianat". (HR. Muttafaqun Álaih)
2. Semangat bekerja, sebagai mana firman Allah swt."Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". )Al-Insyirah[94]:7-8).
Ayat ini membimbing kita agar senantiasa bersikap dinamis, bekerja keras tanpa lelah. Bila telah berakhir suatu pekerjaan, maka harus memulai lagi dengan pekerjaan yang lain. Umar bin Khattab berkata, Äku benci melihat kalian tidak melakukan aktifitas yang menyangkut kehidupan dunia, tidak pula untuk kehidupan akhirat".
3. Skill and knowledge (Keahlian dan Pengetahuan).
Setiap pekerja wajib mengetahui dan memahami dasar-dasar ilmu dan profesi yang digelutinya, harus paham tentang tugas-tugas dan terampil mengerjakannya. Jangan mudah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Sebagaimana kata Umar, berkaitan dengan dunia perdagangan, "Tidak memasuki pasar kita kecuali orang yang paham". Maksudnya, seorang pedagang wajib mengetahui hukum-hukum asasi yang berkaitan dengan perdagangan.
Hal ini bisa kita lihat dalam riwayat Nabi Yusuf a.s., ketika beliau akan diangkat oleh pengusaha Mesir untuk menjadi bendahara negeri tersebut, dikatakan, "Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan" (QS. Yusuf [12]:54-55).
Hal ini disabdakan oleh Rasulullah saw., Äpabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki skill and knowledge), maka tunggulah kehancurannya". (Al-Bukhari).
4. Muklhish
Yakni senantiasa ikhlas karena Allah semata dalam menunaikan tugas dan kewajibannya. Berhati bersih, jauh dari penyakit hati yang akan merusak amalnya, seperti riya dan sombong. Secara umum Rasulullah saw menyatakan, "Allah tidak akan menerima suatu perbuatan, melainkan yang dikerjakan dengan ikhlas dan hanya berharap ridha-Nya". (HR. an-Nasai).
5. Memiliki rasa "Sense of Participation"
Yakni rasa ikut berpartisipasi dan saling membantu dalam tugas dan dalam memajukan perusahaan. Firman Allah, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain..." (QS. at-Taubah [9]:71).
Selain itu, dapat pula ditambahkan "Sense of Brotherhood" yakni "rasa persaudaraan" antar pekerja. Firman-Nya, "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat". (QS. al-Hujurat [49]:10). Untuk terwujudnya rasa persaudaraan itu hendaklah menjauhi hal-hal berikut:
6. Tidak merendahkan pekerjaan orang lain.
Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik". (QS. al-Hujurat [49]:11).
7. Jauhi saling mencurigai dan gosip.
Firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulan kamu mersa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang". (QS. al-Hujurat[49]:12).
Derajat seseorang di dunia dan di akhirat ditentukan oleh kerjanya. Firman-Nya "Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan". (QS. al-Ajqaf [46]:19).
Allah Menyuruh Kita Bekerja
Allah swt berfirman, "Katakanlah hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui", (Az-Zumar [39]:39).
Apa saja yang kita kerjakan akan diminta tanggung jawab di akhirat. Allah swt berfirman, "Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan". (An-Nahl [16]:93).
Terhadap orang yang menyelewengkan wewenang, juga dijelaskan oleh Al-Qurán, "Sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan". (An-Nahl [16]:56).
Penggunaan fasilitas jiga diminta pertanggungjawaban, firmanAllah, "Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)". (QS. at-Takatsur [102]:8).
Karena itu dalamIslam kerja itu adalah IBADAH. Dan agar setiap aktivitas kita berakhir dengan nilai ibadah kepada Allah, maka marilah kita penuhi tiga kriteria utama, yakni ikhlas dalam motivasi (titik tolak/pemberangkatan); Ridho Allah sebagai orientasi (titik tuju); dan amal saleh sebagai garis amal, benar cara pelaksanaannya.
Antara Hak dan Tanggung jawab
Islam mengajarkan agar setiap orang termasuk pekerja lebih mengedepankan tanggung jawab dan kewajiban. Bukan mengedepankan hak. Kenapa demikian? Karena hak adalah konsekwensi logis dari kewajiban. Manakala kewajiban sudah ditunaikan secara sempurna, maka hak pasti didapat secara proporsional. Inilah yang dalam Islam sering disebut dengan istilah hablun minan nas, yakni hubungan antara manusia yang harmonis dan seimbang. Jika ini berjalan sesuai dengan aturan,maka tidak perlu ada yang demo dan yang didemo!
Wallahu Alam bishshawab
KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment